Beberapa komunitas dan organisasi lingkungan bergabung bersama giat bakti sosial penanggulangan bencana banjir yang melanda hampir seluruh wilayah di Kabupaten Tanah Laut.
Dengan difasilitasi armada angkutan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Tala, rombongan relawan menyasar beberapa titik pengungsian korban banjir dan tanah longsor di Desa Panggung Baru, Kecamatan Pelaihari; Desa Bingkulu, Kecamatan Tambangulang; dan Desa Maluka Baulin, Kecamatan Kurau.
Gabungan relawan yang terdiri dari unsur peneliti dari Innovative Researcher Community, Cyber Adventure Indonesia, media pemberitaan Kalseltoday, IKASYLVA Unila Lampung, Koordinator Nasional JOTA Digital, Ikatan Penulis Tanah Laut, Rumah Belajar Rumfa, dan Wakasek Kesiswaan SMPN 3 Jorong dan Panitia Reuni Alumni SMAN 1 Pelaihari.
Gabungan relawan menyalurkan logistik bantuan berupa pakaian layak pakai, pakaian dalam, susu dan makanan bayi, popok bayi, minyak angin, minyak telon, bedak bayi, mie instan, telur, minyak goreng, gula, air mineral, teh dan susu langsung ke posko induk pengungsi dan posko mandiri warga.
Akses jalan yang terputus di jalur utama Panggung-Pabahanan menyebabkan distribusi logistik terganggu karena harus memutar melalui jalur alternatif Kunyit yang juga mengalami banjir. Tetapi masih bisa dilewati setelah antrian cukup panjang dan memakan waktu karena Dinas Perhubungan TaLa memberlakukan buka tutup jalur.
Kondisi penampungan pengungsi yang ditempatkan di sekolah-sekolah, rumah ibadah dan sebagian rumah warga cukup memprihatinkan. Kurangnya logistik bahan pangan menjadi penyebab utama ditambah terputusnya akses logistik dari pusat kota Banjarmasin ke Pelaihari, ibukota Kabupaten Tanah Laut.
Bantuan yang tertumpuk di posko induk menjadi keluhan beberapa pengungsi yang merasa tidak mendapat perhatian. Dapur umum posko induk yang tidak mampu mengcover para pengungsi karena minim tenaga relawan, dan makanan yang harus diambil sendiri ke posko induk.
Hal ini menyulitkan sebagian pengungsi yang berada cukup jauh. Tak jarang pengungsi yang datang dari jauh sudah kehabisan makanan.
Supian Hadi, salah satu warga di Bingkulu dan relawan yang peduli akan nasib para pengungsi mengeluhkan kondisi kurangnya pasokan logistik bahan makanan dan perlengkapan bayi.
“Kami berharap agar posko induk dapat membagikan logistik ke dapur umum posko-posko mandiri yang dikelola warga sehingga pekerjaan relawan juga semakin ringan jika semua saling bantu,” tambah Supian Hadi.
Kariyati, salah satu alumni SMAN 1 Pelaihari merangkap Ketua Innovative Researcher Community (IRC) atau komunitas peneliti di Tanah Laut, menyatakan prihatin atas kondisi banjir yang terjadi. Ia berharap pemerintah daerah melalui posko BPBD dapat berbagi tugas bersama para relawan dan bersinergi membantu pengungsi.
Banjir besar yang menyapu hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Tanah Laut juga menarik perhatian para alumni Universitas Lampung di Sumatera yang tergabung dalam IKASYLVA Unila.
Mirta Sari, koordinator IKASYLVA yang saat ini menjadi Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pelaihari BKSDA Kalimantan Selatan, menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi kemanusiaan di Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Tanah Laut,
“Kami berharap agar banjir cepat berlalu, sehingga proses evakuasi dan pengungsian bisa segera teratasi,” jelas Mirta Sari.
Di lokasi lain, proses pengantaran logistik d lakukan oleh Disaster Management Team (DMT) Cyber Adventure Indonesia yang menyalurkan bantuan logistik ke beberapa wilayah yang terdampak banjir.
Pendistribusian logistik menjadi sangat vital karena terputusnya beberapa akses jalan utama. Para relawan harus melakukan estafet pengiriman barang agar sampai ke lokasi sasaran.
Koordinator DMT Cyber Adventure Indonesia, Eka Prasetya Aneba, berkata sudah melaksanakan kegiatan sejak hari pertama banjir mesti menerobos hampir seluruh wilayah yang terendam untuk menyalurkan bantuan baik yang dikelola secara mandiri maupun titipan donatur lainnya.
“Kami menurunkan 18 personil yang tersebar di beberapa kabupaten terdampak, pendirian dapur umum di wilayah Kabupaten Rantau dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sementara di Tanah Laut lebih banyak untuk pengantaran logistik,” ucap Eka Prasetya Aneba.