Pemerintah Kabupaten Barito Kuala terus mengebut penyelesaian proyek Jejangkit Ecopark. Proyek destinasi wisata ini berdiri di lahan eks pelaksanaan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2018.
Bupati Batola Hj Noormiliyani menargetkan Jejangkit Ecopark bisa dinikmati masyarakat pada 2022, sejak resmi grounbreaking pembangunan pada 9 Juli 2020. Proyek ini ditaksir butuh dana APBD senilai Rp 20 miliar.
Lewat Jejangkit Ecopark, Bupati Noormiliyani optimis mampu mendorong laju positif peningkatan ekonomi lokal, sosial, budaya, dan pariwisata di Kabupaten Batola.
Hal ini pararel dengan visi dan misi Pemkab Batola: menjaga, memelihara serta memajukan wilayah melalui good government, aset masyarakat yang teroganisir, lingkungan terbangun, keunikan kehidupan budaya, sumber daya alam yang terpelihara serta lingkungan dan kualitas prasarana wilayah yang berdampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Noormiliyani sadar Pemkab Batola mesti konsisten mewujudkan program kerja yang sudah dirancang. Ia pun terbuka atas realisasi kerja Jejangkit Ecopark selama semester kedua tahun 2020.
Proyek ini sudah menggarap pematangan lahan dan vegetasi kawasan, serta pembangunan pelengkap kawasan. Sampai akhir 2020, pengerjaan baru berjalan 8 persen. “Untuk biaya tahap pertama Rp 959.982.167, dan biaya tahap kedua Rp 578.164.046,” kata Noormiliyani kepada wartawan saat konferensi pers akhir tahun 2020.
Bersamaan momentum HUT ke-61 Kabupaten Barito Kuala pada 4 Januari 2021, Bupati Noormiliyani menegaskan proyek itu tetap berlanjut pada 2021. Rencana kegiatan tahun 2021 mencakup pembangunan fasilitas pendukung kawasan, pembangunan dan pengadaan wahana permainan kawasan, dan pengadaan barang pelengkap kegiatan wisata.
Selain itu, kata Noormiliyani, ada pekerjaan site development, jembatan-jembatan penghubung pulau, dermaga, dan papan nama Jejangkit Ecopark. Kemudian pada 2022, pihaknya menambahkan kegiatan media edukasi dan publikasi kawasan ekowisata.
Kata dia, pengembangan kawasan Jejangkit Ecopark mampu melanjutkan cita-cita dan harapan adanya lahan untuk wisata edukasi pertanian, serta menarik minat masyarakat alam bidang pertanian. Lebih jauh lagi, kawasan itu membuka lapangan pekerjaan baru dalam meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat sekitar.
Proyek Jejangkit Ecopark selaras dengan penataan ruang Kabupaten Batola yang ingin mewujudkan ruang wilayah aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Pola ini lewat pengembangan potensi daerah dengan beberapa kebijakan, seperti pengembangan prasarana wilayah, pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, menambah luasan RTH, dan pengembangan kawasan strategis.
“Oleh karenanya keberadaannya diharapkan ada kerjasama yang baik antar SKPD terkait dalam mewujudkan pembangunan mulai dari tahap pematangan lahan, pembangunan prasarana dan sarana serta pengelolaan tempaat wisata maupun promosinya,” harap Noormiliyani.
Adapun Kepala Dinas PUPR Batola, H Saberi Thanoor, menerangkan perencanaan Jejanagkit Ecopark mengutamakan nilai-nilai edukasi pertanian pada setiap unsur serta konsep pembangunan kawasan hijau yang berkelanjutan. Perlu beberapa fasilitas pendukung yang selaras dengan kawasan sekitar.
Arena Jejangkit Ecopark terbagi dua segmen. Pertama di lokasi bekas tempat parkir HPS seluas 22.429 meter persegi yang akan dibangun tempat parkir pengunjung, pusat kuliner dan souvening. Dari lokasi ini, pengunjung diantar memakai kendaraan khusus non BBM ke lokasi pusat Jejangkit Ecopark yang berjarak sekitar 1,8 kilometer.
Sedangkan segmen kedua berada di lahan bekas venue pelaksanaan HPS seluas 28.526 meter persegi akan dibangun kantor pengelola, gedung serba guna dan mushalla, open hall dan amphi theater mini, glass house, area wahana wisata air, play ground, pemancingan, taman labirin, area mini farm dan mini zoo, camping ground, area pohon harapan, dan kios-kios jajanan penunjang.
Saberi berkata proyek Jejangkit Ecopark yang ditaksir butuh biaya Rp 20 miliar ini pada tahun 2020 dilakukan pematangan lahan tahap I. Pada tahun 2021, penyelesaian pematangan lahan, dan dilanjutkan pembangunan fisik prasarana dan sarana dan fasilitas lain tahun 2022.
“Karenanya Insya Allah tahun 2022 sudah dilaksanakan soft opening (dibuka) dan sudah mulai dapat dikunjungi oleh masyarakat,” paparnya.
Menurut dia, konsep pembangunannya mengutamakan nilai-nilai edukasi pertanian pada setiap unsur, serta pembangunan kawasan hijau yang berkelanjutan dengan beberapa fasilitas pendukung yang selaras dengan kawasan sekitar. (*)