Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Mahrus Ariyadi, mengatakan ada 20-30 ekor populasi buaya muara di kawasan Desa Pantai, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru.
Pihaknya sudah sosialisasi dan pasang plang peringatan di lokasi kejadian. “Disana teridentifikasi 20-30 ekor buaya. Sudah sosialisasi dan pasang plang peringatan,” kata Mahrus Ariyadi kepada banjarhits.com, Sabtu (28/11/2020).
Ia mengatakan pandemi Covid-19 diduga turut mempengaruhi pola interaksi buaya. Mahrus pernah mendapati kemunculan seekor buaya di Pulau Bakut, parairan Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala. Menurut dia, kemunculan buaya sangat jarang di sana.
“Kira-kira dua bulan lalu. Ada beberapa binatang berubah tingka lakunya, mungkin enggak ada manusia aktivitas saat pandemi. Saya pernah melihat seekor buaya muncul di Pulau Bakut,” kata Mahrus Ariyadi.
Menurut dia, manusia mesti menyesuaikan dengan kehidupan habitat buaya. Mahrus mencontohkan bagaimana buaya bisa hidup berdampingan dengan manusia di beberapa daerah. “Kalau anak-anak main di sungai enggak apa-apa, kan ikan masih banyak,” ujarnya.
Setelah dikonfirmasi banjarhits.com pada Sabtu (28/11), Mahrus Ariyadi meminta tim BKSDA Kalsel mengecek kejadian buaya menerkam manusia di Desa Pantai, Kecamatan Kelumpang Selatan. Pihaknya sudah menemui keluarga korban di rumah, dan langsung pasang plang peringatan di lokasi kejadian.
“Tim telah melakukan pengecekan ke TKP dan memberikan himbauan kembali, serta mengunjungi rumah duka untuk memberikan santunan,” kata Mahrus Ariyadi.
Seorang buruh tambak, Syamsi (40 tahun), ditemukan meninggal dunia dengan tubuh tercabik-cabik pada Jumat siang (27//11/2020). Syamsi diterkam buaya muara ketika mencuci kepiting hasil panen di tambak milik Sukri pada Kamis sore (26/11/2020). Korban mencuci kepiting di tepi Sungai Nipah, tak jauh dari tambak milik Sukri.