Kedai Kopi Borneo. Warung kopi ini menyuguhkan cita rasa kopi asli Kalimantan Selatan. Berdiri sejak 3 Juli 2018, kedai kopi yang sederhana itu berfokus pada potensi kopi lokal asal Kalimantan Selatan.
Kedai kopi besutan Dwi Putra Kurniawan ini tetap konsisten dengan segala hal kopi Borneo. Lewat Kedai Kopi Borneo, Doi mengusung slogan: “Mutiara hitam yang ditanam bukan digali.”
Dwi Putra Kurniawan, founder Biji Kopi Borneo, mencoba membuat tandingan pada sumber ekonomi andalan Kalsel selama ini yaitu batu bara. Menurut dia, tanaman kopi yang jauh lebih punya nilai jual ekonomi yang tinggi serta ramah lingkungan.
Biji kopi Borneo merupakan konsep kedai kopi yang membangun dari hulu sampai hilir kopi. Memulai cara mengembangkan budidaya kopi dari kebun, merawat, memetik, mengolah pasca panen sampai produk jadi biji kopi mentah maupun yang sudah roasting (sangrai).
Kata dia, bahkan sampai ke produk jadi siap seduh kopi. Maka itulah, biji kopi Borneo menganut prinsip 3 M (Menanam, Mengolah, Menjual) sebagai salah satu cara menuju petani sejahtera.
Ada tiga jenis kopi yang dikembangkan dan budidayakan: robusta, liberika, dan excelsa. Ketiga jenis kopi itu merupakan tanaman lokal Kalsel yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Tanaman Kopi di Kalimantan Selatan sejatinya menyebar hampir di semua kabupaten. Namun jumlahnya kian menyusut semenjak Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan memilih komoditas sawit dan karet sebagai produk unggulan daerah.

“Sehingga kopi mulai ditinggalkan masyarakat Bumi Antasari ini. Namun sejarah dan waktu pula yang membuktikan bahwa kopi merupakan komiditi yang punya nilai jual jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2 komoditi unggulan Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan tersebut,” ucap Dwi Putra Kurniawan.
Apalagi ada kenaikan permintaan kopi lokal di pasar global dan nasional seiring maraknya berdiri cafe, kedai kopi, dan warung kopi di Indonesia. Termasuk cafe-cafe di Kalimantan Selatan sendiri.
Menurut Dwi, fakta ini mendorong Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan makin melirik potensi kopi untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditas ekspor Kalsel masa depan.
“Hal tersebut tak lain dan tak bukan karena kopi lokal Kalsel sudah mulai dikenal dunia internasional maupun nasional,” Dwi melanjutkan.
Kopi Borneo pun sudah mengikuti Festival Kopi Internasional di Finlandia dan Festival Kopi Nusantara di Jakarta. Melalui ajang itu, Dwi ingin menampilkan potensi mutiara hitam yang ditanam di tanah Borneo ini kepada para pencinta kopi dunia dan Indonesia.
“Berbagai tanggapan sampai permintaan ekspor pun mulai berdatangan. Namun apa daya, bahan baku belum mencukupi permintaan tersebut,” ujar Dwi. Ia sempat mendapat tawaran pembeli asal Malaysia untuk memasok kopi Borneo sebanyak 2 ton setiap bulan.
Biji Kopi Borneo mendorong Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan untuk membangun ranti pasok dari hulu yaitu budidaya kopi sebagai sumber ekonomi baru bagi petani di Kalsel.
“Guna meningkatkan pendapatan untuk menuju petani sejahtera yang berkeadilan, berkelanjutan, dan ramah lingkungan pasti. Semoga harapan ini bisa terwujudkan,” ujar Dwi Putra.
Ingin menjajal kopi asli Borneo? Anda bisa melipir ke kawasan kebun percontohan Bank Indonesia di Jalan Ahmad Yani Kilometer 23, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru. Kedai ini buka mulai pukul 17.00 wita sampai tengah malam.