Senin petang, 4 Mei 2020. Ruang Sel Isolasi 2 Rumah Tahanan Polda Kalimantan Selatan tampak sumpek, gerah, dan pengap. Tanpa kipas angin, ruang berukuran 2×6 meter ini dihuni sembilan orang tahanan. Enam orang tahanan di antaranya berkasus narkoba. Sisanya kasus pencurian, penggelapan, dan saya terjerat UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
Sedari awal kasus bergulir, saya percaya bakal dijebloskan ke jeruji besi. Awal masuk penjara, saya dirundung murung, jenuh, gelisah, dan putus asa. Perasaan yang sangat manusiawi. Bagaimana tak bosan ketika hidup manusia dibatasi tembok dan jeruji besi. Alih-alih bersangkar emas, saya hidup di balik tembok derita yang penuh coretan pada dindingnya.
Saya mendekam di Rutan Polda Kalsel (4 Mei-20 Mei 2020) dan Rutan Polres Kotabaru (20 Mei-17 Agustus 2020). Toh, karena sudah garisan nasib, saya mesti menikmati masa-masa sulit siksa kurungan badan untuk menebus kesalahan karena sengketa karya jurnalistik. Jangan bayangkan kehidupan penjara di Indonesia setara dengan penjara di negara-negara Skandinavia macam Denmark, Norwegia, Swedia, dan Finlandia.
Penjara di Indonesia boleh dibilang tak layak huni dan minim fasilitas. Maklum, daya tampung tak sebanding dengan tingginya kriminalitas di Indonesia. Di Rutan Polda Kalsel dan Polres Kotabaru misalnya, mayoritas penghuninya diisi bandit narkoba, baik kelas kakap maupun kelas teri. Saya yang tak punya karakter kriminal, harus beradaptasi dengan lingkungan penjara yang keras dan penuh manipulasi.
Saat saya masuk pertama disekolahkan polisi, ada sekitar 200-an orang tahanan di Rutan Polda Kalsel dan 130-an tahanan di Polres Kotabaru. Angka ini terus bertambah yang bikin penjara makin sesak. Apalagi Lapas Kelas IIA Banjarmasin dan Lapas Kelas IIA Kotabaru saat itu, masih menolak kiriman tahanan jaksa di tengah pendemi Covid-19.
Polisi nyaris setiap hari mengirim tahanan baru ke penjara. Khusus di Rutan Polda Kalsel, jika Sel Isolasi penuh, tahanan lama dipindah ke sel-sel lain, seperti sel Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Papua. Sel Isolasi sebagai kamar pengenalan tahanan baru dan tahanan lama yang melanggar aturan penjara.
Di Rutan Polres Kotabaru kondisinya justru memprihatinkan. Enam kamar sel di rutan penuh sesak, sehingga tahanan lain tidur berhimpitan di lorong penjara. Jika tak punya TKP—sebutan titik lokasi tidur, saya harus tidur seraya duduk. Dalam kondisi demikian, saya menunggu kebaikan tahanan lain untuk sudi berbagi TKP. Gerah atas kondisi ini, saya memberanikan diri tidur di selasar tengah saat tengah malam, setelah ijin ke petugas jaga.
Tidur berdesakan sudah tradisi di penjara. Belum lagi soal makanan yang serba terbatas, biaya hidup mahal, sulitnya berkomunikasi ke dunia luar, dan sesekali rusuh antar tahanan. Dua bulan pertama di Rutan Polres Kotabaru, petugas jaga bersikap diskriminatif terhadap saya. Sementara tahanan lain leluasa berkomunikasi ke keluarga, saya dilarang menjalin komunikasi ke istri.
Saya pun bersiasat mendekati tahanan lain yang berbaik hati untuk pinjam ponsel. Tak ada solusi, selain menikmati keruwetan di penjara. Jauh sebelum dibui, saya sudah menyiapkan mental lewat baca-baca testimoni kehidupan penjara dan bertukar pendapat ke eks narapidana. Jika bermental tempe, pilihan bunuh diri kerap terlintas di benak tahanan. Wajar saja bila seorang tahanan berusaha memohon penangguhan penahanan.
Lalu, bagaimana cara bertahan hidup di tengah situasi serba sulit di penjara? Saya menuliskan pengalaman bertahan hidup selama mendekam di neraka dunia—sebutan penjara karena tersiksanya hidup dalam kurungan.
- Siapkan mental yang kuat
Semua orang pasti menghindari hidup di balik jeruji besi. Tapi jika sudah garisan nasib, kita tak bisa menolaknya. Satu-satunya jalan siapkan mental, dan jangan pernah lari dari persoalan hukum. Hadapi proses hukum dengan mental kuat, meskipun itu kenyataan pahit. Kekuatan mental jadi modal utama selama kita dipenjara. Saat awal masuk bui, saya teringat anak, istri, orang tua, dan keluarga. Inilah masa-masa sulit seraya beradaptasi dengan lingkungan penjara.
2. Bersikap rendah hati dan menghormati tahanan lain
Penjara dikenal tempat para pendosa menebus kesalahan. Anda harus sadar bahwa kita hidup dalam lingkungan yang diisi beragam karakter manusia dengan reputasi kriminal. Mawas diri, rendah hati, dan sikap menghormati, sebagai solusi menjaga diri ketika hidup di penjara. Kita tak perlu bersikap sombong jika tak ingin dirisak tahanan lain. Psikologis orang dipenjara mudah tersinggung. Karena itu, hindari sikap yang bisa memicu gesekan. Saya nyaris setiap hari menonton adu pukul di antara sesama tahanan gara-gara persoalan sepele. Saling bercanda sering memicu pertengkaran karena ketersinggungan.
3. Jangan pelit berbagi makanan ke sesama tahanan
Di penjara, makanan ibarat emas batangan yang jadi rebutan. Tahanan selalu kelaparan di tengah minimnya pasokan makanan. Anda tidak harus berbagi ke semua tahanan. Minimal berbagi ke kawan dekat. Sikap berbagi menguatkan jalinan persahabatan yang dapat menguntungkan kita jika dalam kondisi sulit.
4. Berpakaian wajar dan tidak konsumtif
Cara berpakaian mencerminkan sikap diri. Saya tak perlu tampil mencolok. Ingatlah bahwa penjara tempat orang-orang bereputasi kriminal. Tahanan biasanya kerap memanfaatkan orang yang tampak parlente karena dianggap banyak duit. Ujung-ujungnya, Anda bisa tekor karena dimintai uang, atau minimal uang dipinjam. Uang memang bisa menjamin hidup Anda nyaman selama di penjara. Anda juga harus terbiasa menahan lapar. Uang cepat ludes jika menuruti sikap konsumtif. Di penjara, kami dijatah dua kali makan sehari. Kiriman nasi biasanya menjelang siang dan sore hari.
5. Perluas pergaulan sesama tahanan
Saya harus bersikap supel di penjara. Sikap supel memudahkan saya bergaul, dan mencari simpati. Saya pernah kehilangan makanan satu tas yang dicuri seorang tahanan kamar Sel III Rutan Polres Kotabaru. Kebetulan, ada tahanan yang mendengar dan bersimpati atas musibah ini. Mereka lantas ramai-ramai memanggil si pencuri, lalu hendak dipukuli. Tapi, saya mencegah aksi anarkis itu karena tak ingin keributan. Kita juga tak bakal kelaparan jika pergaulan makin luas di penjara. Rezeki selalu hadir tanpa disangka.
6. Bekerja dan berkreativitas
Untuk meraup uang di penjara, Anda bisa bekerja serabutan, seperti jasa cuci baju dan jasa pijat. Jika rajin, Anda bisa meraih uang dan keuntungan dari bisnis tersebut. Anda pun bisa mengasah kreativitas lewat olah kerajinan tangan daur ulang barang bekas berbahan tas kresek. Mereka biasa membuat gelang dan kreasi udang berbahan benang dari tas kresek bekas. Satu kerajinan udang besar dihargai Rp 50 ribu-Rp 100 ribu. Adapun kerajinan gelang biasanya dibayar dua batang rokok atau setara Rp 10 ribu per gelang.
7. Dekati tahanan tajir dan berpengaruh
Tahanan dari golongan kaya kerap dijadikan sandaran ekonomi saat hidup di penjara. Mendekati tahanan tajir membawa keuntungan, karena kita tak kelaparan. Saya tak pernah kelaparan saat menghuni Sel Isolasi II Rutan Polda Kalsel. Maklum, ada sosok Habib yang punya kharisma dan disegani tahanan lain. Alhasil, kiriman makanan selalu mampir ke Sel Isolasi II. Berkawanlah dengan tahanan yang punya pengaruh dan disegani. Tipikal tahanan macam ini memudahkan saya saat berurusan dengan tahanan lain. Kebetulan, saya tergolong tahanan spesial karena seorang wartawan yang dipenjara setelah menulis sengketa lahan. Mereka tidak semena-mena terhadap saya, karena beranggapan bahwa saya membela masyarakat kecil yang melawan tuan tanah.
8. Jaga kesehatan dan berolahraga
Hidup dalam penjara serba terbatas dan minim gerak. Untuk menjaga kesehatan, saya kerap olahraga ringan di selasar tengah Rutan Polres Kotabaru. Olahraga menjaga stamina tubuh dan menekan tingkat stres selama di penjara. Anda perlu menjaga kesehatan diri karena penanganan medis sangat buruk di penjara. Di penjara, apapun sakitnya, obatnya parasetamol. Hati-hati penularan penyakit kulit dan gatal-gatal. Maklum, penjara tempat banyak orang dengan sanitasi buruk.
9. Jangan mudah percaya ke sesama tahanan dan petugas jaga
Penjara tempat para pelaku kriminal mendekam. Ada seribu satu karakter manusia di penjara. Menaruh curiga jauh lebih bijak ketimbang ketipu rayuan gombal. Anda juga patut waspada terhadap sikap penjaga penjara. Ada petugas yang nakal dan curang. Seperti ketika Anda butuh uang untuk biaya hidup. Anda mesti meminta keluarga mentransfer duit lewat petugas jaga. Dari sini, sebagian petugas sering memangkas uang kiriman. Petugas pun sering mengambil makanan kiriman untuk tahanan.
10. Galang solidaritas di luar penjara
Kebetulan, saya masuk penjara karena sengketa jurnalistik yang memantik keprihatinan teman seprofesi dan berbagai pihak. Ketika saya dipenjara, kawan-kawan bersolidaritas menggalang donasi untuk kebutuhan hidup saya dan meringankan beban keluarga. Namun, jika berkasus kriminal murni, Anda patut merogoh kocek dalam-dalam karena biaya hidup di penjara mahal. Semua serba uang, tak ada yang gratis. Kemungkinan yang gratis pukulan dari petugas dan air putih.
11. Berkegiatan positif lewat ibadah, bersikap waras, dan tetap beraktivitas
Untuk menekan kejenuhan, tetaplah berpikir positif dan perbanyak aktivitas. Hidup di penjara memang pukulan telak. Ada sebagian tahanan yang tiba-tiba harus menerima nasib apes karena dicerai istri atau suami. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Jika kita bermental tempe, keputusan ini mendorong rasa frustasi dan depresi yang berujung bunuh diri. Saya mendapat cerita ada seorang tahanan wanita yang dulu penghuni Sel I di Rutan Polres Kotabaru, tiba-tiba bunuh diri karena persoalan keluarga. Arwahnya gentayangan yang kerap memicu hal-hal mistik di penjara.